75 Tahun GMKI: Refleksi dan Tantangan di Era Bonus Demografi

KABAR HARIAN

Franzeska Emmanuel

2/9/20252 min baca

Theofransus Litaay merupakan Senior GMKI, Wakil Ketua Umum DPP Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia, dan juga dosen di Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana. Foto: Dok. Pribadi

KabarBaik- Tujuh puluh lima tahun adalah sebuah usia yang mencerminkan kematangan bagi sebuah organisasi. Dalam perjalanannya, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) telah menempuh dinamika perjuangan yang tidak ringan. Sejak awal pendiriannya, GMKI telah menjadi ruang pembelajaran, advokasi, serta aktualisasi diri bagi mahasiswa Kristen di Indonesia. Kini, memasuki usia ke-75, GMKI dihadapkan pada tantangan yang lebih kompleks, yang menuntut refleksi mendalam sekaligus langkah strategis untuk tetap relevan dan berkontribusi nyata bagi bangsa dan negara.

Alih-alih hanya sebagai organisasi kader, GMKI dapat diposisikan sebagai motor penggerak perubahan sosial dan ekonomi. Dengan bonus demografi yang ada, GMKI memiliki potensi untuk membangun ekosistem kewirausahaan sosial, memberdayakan ekonomi berbasis komunitas, serta mengadvokasi kebijakan ekonomi yang inklusif. Theofransus Litaay, dalam kapasitasnya sebagai Senior GMKI, Wakil Ketua Umum DPP Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia, dan dosen di Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana, menegaskan dalam rilisnya yang diterima redaksi KabarBaik (9/2) bahwa GMKI harus mampu membekali kadernya dengan keterampilan kewirausahaan, inovasi teknologi, dan kepemimpinan transformatif guna menghadapi tantangan zaman.

"Banyak alumni GMKI yang telah menempati posisi strategis di berbagai sektor. Oleh karena itu, GMKI harus terus menjadi laboratorium kepemimpinan nasional yang menyiapkan calon pemimpin bangsa dengan integritas dan kapasitas mumpuni. Theofransus Litaay mengingatkan bahwa keberhasilan GMKI tidak hanya diukur dari jumlah kader yang aktif, tetapi dari seberapa besar kontribusi kadernya dalam membangun kebijakan yang berorientasi pada kepentingan publik dan kesejahteraan rakyat", jelas Theofransus Litaay.

Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa di tengah revolusi industri 4.0 dan perkembangan kecerdasan buatan (AI), GMKI dituntut untuk lebih adaptif dalam menyiapkan anggotanya menghadapi tantangan digital. Bagaimana GMKI bisa menjadi jembatan antara mahasiswa Kristen dan dunia digital? Theofransus Litaay menekankan pentingnya transformasi organisasi agar tetap relevan di era digital. GMKI harus menjadi platform bagi kadernya untuk memahami dan menguasai teknologi, memanfaatkannya untuk pelayanan sosial, serta memastikan bahwa nilai-nilai kebangsaan tetap terjaga di tengah arus globalisasi.

Sebagai organisasi berbasis kekristenan, GMKI memiliki nilai-nilai spiritual yang menjadi fondasi perjuangannya. Namun, di tengah pragmatisme politik, korupsi, dan pergeseran nilai di kalangan anak muda, bagaimana GMKI memastikan bahwa nilai-nilai tersebut tetap relevan? Theofransus Litaay menegaskan bahwa spiritualitas harus menjadi roh kepemimpinan dan aktivisme sosial GMKI. Dengan nilai-nilai kekristenan yang kuat, kader GMKI diharapkan tetap berjuang dengan prinsip-prinsip moral yang kokoh dan memiliki keberpihakan pada masyarakat yang tertindas.

"Sejarah telah mencatat bahwa GMKI adalah bagian dari perjalanan bangsa. Organisasi ini telah melahirkan banyak tokoh yang berkontribusi di berbagai bidang. Kini, tantangan GMKI bukan hanya mempertahankan eksistensinya, tetapi juga membuktikan relevansinya di era modern. Momen Dies Natalis ke-75 ini harus menjadi titik refleksi untuk kembali ke akar perjuangan, sekaligus merancang strategi baru yang lebih adaptif dan kontekstual. Dengan bonus demografi yang ada, GMKI memiliki modal besar untuk membentuk pemimpin-pemimpin masa depan yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki integritas dan kepedulian sosial", katanya lagi..

Terakhir Theofransus Litaay berharap, bahwa menjadi organisasi yang matang berarti mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, tanpa kehilangan nilai-nilai fundamentalnya. "GMKI harus tetap menjadi wadah bagi pemuda Kristen untuk berkiprah di tengah masyarakat, gereja, dan perguruan tinggi dengan semangat transformasi dan pelayanan".

Related Stories