Diplomasi Leimena

SOLUSI

NICK

2/1/20252 min baca

Johannes Leimena. Foto: ANRI

KabarBaik- Di tengah geopolitik global dan dinamika politik luar negeri Indonesia yang semakin terpengaruh oleh keterlibatannya dalam organisasi seperti BRICS, banyak yang melihat kemajuan diplomasi Indonesia yang semakin kuat di kancah internasional. Bergabungnya Indonesia dalam kelompok negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) menjadi langkah signifikan yang memicu kecemburuan dari negara-negara besar lainnya. Di tengah situasi ini, mengingat kembali kontribusi Johannes Leimena dalam membangun diplomasi Indonesia yang memberikan perspektif penting. Leimena, yang juga berperan dalam menentukan arah kebijakan luar negeri Indonesia pada masa pasca-kemerdekaan, memberikan dasar bagi politik luar negeri Indonesia yang tidak terikat pada satu blok ideologi, prinsip yang harusnya terus mengalir hingga sekarang.

Johannes Leimena, yang lahir di Ambon pada tahun 1905, dikenal tidak hanya sebagai seorang dokter tetapi juga sebagai seorang politisi dan diplomat yang memiliki peran vital dalam merumuskan kebijakan luar negeri Indonesia pada masa awal kemerdekaan. Salah satu pencapaian besar yang menjadi bukti kontribusinya adalah saat ia terlibat langsung dalam perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 1949, yang berujung pada pengakuan kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949. Leimena adalah bagian dari delegasi Indonesia yang berhadapan dengan Belanda dalam upaya mengakhiri kolonialisme dan meletakkan dasar bagi Indonesia untuk berdiri sebagai negara yang merdeka dan berdaulat di mata dunia internasional.

Leimena juga terlibat dalam merumuskan kebijakan luar negeri Indonesia yang dikenal dengan prinsip bebas aktif, sebuah pendekatan yang memastikan Indonesia tetap tidak terikat pada blok manapun, baik Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat, maupun Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet. Prinsip ini tercermin dalam kebijakan Indonesia yang bebas menentukan arah politiknya tanpa tekanan dari negara-negara besar. Dalam konteks ini, Leimena menjadi bagian dari pertemuan internasional yang memperkenalkan Indonesia sebagai negara yang mampu bersikap mandiri, seperti dalam Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada 1955, yang memperkuat solidaritas antara negara-negara Asia dan Afrika dalam menanggapi tekanan kolonialisme dan imperialisme.

Karya-karya Leimena dalam diplomasi bukan hanya terlihat dari kontribusinya dalam kebijakan luar negeri, tetapi juga dalam berbagai peninggalan yang dapat dirasakan masyarakat Indonesia hingga kini. Salah satunya adalah pembentukan Badan Pembinaan Pendidikan Nasional (BPPN) pada tahun 1957, yang menjadi fondasi bagi pemerataan pendidikan di Indonesia. Sebagai Menteri Kesehatan, Leimena juga memperkuat sektor kesehatan dengan memperbaiki infrastruktur medis, terutama di daerah terpencil, yang manfaatnya masih dirasakan oleh masyarakat Indonesia hingga sekarang.

Seiring berjalannya waktu, prinsip-prinsip yang diperjuangkan oleh Leimena tetap hidup, bahkan semakin relevan. Sebagaimana Leimena memegang teguh prinsip bebas aktif, kebijakan ini semakin diterjemahkan dalam pendekatan Indonesia yang lebih inklusif di panggung internasional, meskipun ini memicu dinamika dan kecemburuan dari negara-negara besar lainnya yang merasa terancam.

Peninggalan diplomatik Leimena, yang telah mendasari kebijakan luar negeri Indonesia selama lebih dari tujuh dekade, diharapkan dapat menjadi landasan bagi Indonesia untuk terus memainkan peran penting di kancah internasional. Sebagai negara yang terus mengedepankan prinsip kemerdekaan dan keadilan, Indonesia kembali menunjukkan bahwa peran diplomasi yang kuat, sebagaimana diwariskan oleh Leimena, tetap relevan dan menjadi kebanggaan bangsa.

Related Stories