Perdebatan Teologi dalam Arena Politik
KABAR HARIAN


Gambar Illustrasi: Nick
KabarBaik-Perdebatan teologis mewarnai diskusi politik internasional setelah mantan anggota parlemen Konservatif Inggris, Rory Stewart, mengkritik pernyataan Wakil Presiden Amerika Serikat, JD Vance, mengenai ajaran kasih dalam Kekristenan. Perselisihan ini bermula dari unggahan Stewart di platform X, seperti dikutip dari Christian Today (2024), di mana ia menyebut pandangan Vance tentang Yohanes 15:12-13 sebagai "kurang mencerminkan nilai Kristen dan lebih menyerupai tribal pagan."
Komentar Stewart merespons wawancara Vance di Fox News, seperti dikutip dalam laporan tersebut, di mana Vance menyampaikan, "Ada konsep Kristen bahwa Anda mencintai keluarga Anda terlebih dahulu, kemudian tetangga Anda, komunitas Anda, sesama warga negara, dan setelah itu baru dunia luar. Banyak pihak kiri radikal yang membalikkan urutan ini."
Reaksi dari tokoh Kristen tidak kalah menarik. Politisi Kristen Inggris, Tim Farron, mengecam pandangan Vance dengan mengatakan, "Orang Kristen mungkin mendukung Trump/Vance, tetapi mereka harus mengkritisi ajaran yang keliru ini. Dalam perumpamaan Orang Samaria yang Baik Hati, Yesus mengajarkan bahwa tetangga kita adalah semua orang, termasuk orang asing," ujarnya.
Namun, Vance membalas kritik tersebut dengan mengacu pada konsep ordo amoris, gagasan klasik yang diajarkan oleh Agustinus dan Thomas Aquinas, yang menekankan adanya hierarki kasih dimulai dari keluarga dan komunitas sebelum meluas ke orang lain. "Apakah Rory benar-benar berpikir bahwa kewajiban moral saya terhadap anak-anak saya sama dengan kewajiban terhadap orang asing di belahan dunia lain?" ujar Vance di X, sebagaimana dijelaskan lebih lanjut dalam laporan tersebut.
Perdebatan ini menyoroti perbedaan tafsir ayat-ayat Alkitab. Stewart mengutip Yohanes 15:12-13, "Inilah perintah-Ku: Kasihilah seorang akan yang lain, seperti Aku telah mengasihi kamu," untuk menekankan kasih universal (Alkitab, Yohanes 15:12-13). Sebaliknya, pendukung Vance berpendapat bahwa ayat tersebut ditujukan khusus kepada para murid Yesus, bukan seruan universal tanpa batas.
Galatia 3:28 dan 1 Timotius 5:8 juga menjadi rujukan dalam diskusi ini. "Kita harus berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada mereka yang seiman" (Galatia 6:10), menjadi dasar argumen bahwa prioritas kasih bisa diberikan kepada keluarga atau komunitas terlebih dahulu, tanpa mengabaikan kewajiban kepada sesama.
Perdebatan ini mencerminkan bagaimana nilai teologis sering kali digunakan dalam wacana politik. Tim Farron menyoroti bahwa cinta kepada Tuhan seharusnya menjadi prioritas utama dalam urutan kasih Kristen, bahkan di atas cinta kepada keluarga. "Kasih kepada Tuhan tidak mengurangi kapasitas kita untuk mengasihi sesama, justru memperluasnya," tambahnya.
Kasus ini juga mengingatkan akan pentingnya kehati-hatian dalam menggunakan Alkitab untuk mendukung argumen politik. "Baik politisi maupun teolog seharusnya tidak menyalahgunakan Kitab Suci untuk kepentingan pribadi atau kelompok," demikian simpulan yang diangkat dari perdebatan ini, menurut laporan Christian Today.