Sejarah Berdirinya Gereja Gerakan Pentakosta di Indonesia
PROFIL


Namun, perjalanan ini tidak selalu mulus. Tantangan datang dari pemerintah kolonial yang sempat melarang aktivitas kebaktian umum.
KabarBaik- Gerakan Pentakosta, atau Pinksterbeweging, memiliki akar yang kuat di Indonesia berkat semangat misionaris Rev. Johannes Gerhard Thiessen, sebagaimana diulas dalam buku Benih Yang Tumbuh. Tonggak sejarah ini dimulai pada 29 Maret 1923 di Cepu, Jawa Tengah, ketika Thiessen memimpin kebaktian kebangunan rohani. Peristiwa kebangunan tersebut menjadi awal mula berdirinya gereja-gereja Pentakosta di Indonesia.
Dari Cepu, gerakan ini berkembang ke berbagai kota, termasuk Bandung. Kota ini menjadi titik penting karena di sinilah Thiessen mendirikan Gereja Beth-El di Litsonlaan (sekarang Jalan Marjuk). Gereja ini tidak hanya menjadi tempat ibadah tetapi juga pusat kebangunan rohani di daerah Priangan. Gedung gereja pertama itu dikenal dengan semangat pelayanan yang melibatkan berbagai suku, budaya, dan latar belakang sosial.
Namun, perjalanan ini tidak selalu mulus. Tantangan datang dari pemerintah kolonial yang sempat melarang aktivitas kebaktian umum. Melalui keteguhan dan doa, Thiessen akhirnya memperoleh izin resmi untuk melanjutkan pelayanannya. Surat keputusan yang diterbitkan pemerintah kolonial pada tahun 1924 menjadi landasan hukum bagi Pinksterbeweging untuk berkembang lebih luas.
Gereja Gerakan Pentakosta (GGP) juga mencatat sejarah penting di Bandung dengan berdirinya GGP "Shalom" di Jalan Semar 36. Pada tahun 1959, sebagian jemaat dari Jalan Marjuk 11 memulai kebaktian sederhana di gudang tapioka milik keluarga Liem Boen Kwie. Dengan iman dan kerja keras, mereka berhasil membangun gedung gereja permanen yang diresmikan pada tahun 1961. Gedung ini menjadi simbol kekuatan iman jemaat yang bersatu hati dalam doa dan pelayanan.
Gereja Shalom terus berkembang di bawah penggembalaan para hamba Tuhan, termasuk Pdt. Almon M. Retika yang memulai renovasi besar pada tahun 1990 untuk menampung jemaat yang semakin bertumbuh. Dengan semangat "Shalom," gereja ini menjadi rumah rohani bagi banyak orang di Bandung hingga saat ini.
Melalui sejarahnya yang panjang, GGP telah membuktikan bagaimana api Pentakosta dapat terus menyala, membawa kebangunan rohani, dan menjadi berkat bagi bangsa. Sejarah ini adalah pengingat bahwa dalam setiap tantangan, kuasa Tuhan selalu hadir untuk memimpin umat-Nya.